Alih-Alih Bhagia, Konsumsi Gula Justru Buat Semakin Overthinking!

Selama ini yang kita tahu, makanan manis mengandung gula membuat hati merasa senang dan bahagia. Kenyataannya, mengonsumsi gula dalam kondisi hati tak baik justru membuat semakin overthinking. Bagaimana bisa?

Alih-Alih Bhagia, Konsumsi Gula Justru Buat Semakin Overthinking!
Photo from Pixabay

Hingga saat ini, masih banyak orang-orang yang menganggap bahwa mengonsumsi gula bisa meningkatkan kebahagiaan. Makanan manis misalnya saja cokelat, kue, atau permen sering dijadikan pelarian ketika stres mulai melanda atau untuk sekadar menghibur diri.

Namun, beberapa penelitian terbaru justru menunjukkan bahwa gula tidak selalu memberikan efek positif pada suasana hati kita. Konsumsi gula yang berlebihan justru akan memicu efek samping yang berdampak negatif bagi kesehatan mental, termasuk kecemasan berlebihan dan bahkan overthinking. Berikut merupakan beberapa fakta-faktanya, antara lain:

Pengaruh Gula pada Otak

Saat kita mengonsumsi gula, glukosa dalam darah meningkat dan otak akan merespons dengan melepaskan dopamin, hormon yang menciptakan perasaan bahagia dalam kurun waktu sementara. Namun, efek ini tidak bertahan lama. 

Setelah kadar gula turun, tubuh mengalami crash yang sering memicu rasa lesu, suasana hati buruk, bahkan keinginan besar untuk terus mengonsumsi makanan menggandung gula lebih lagi. Siklus ini dapat menciptakan ketergantungan, mengacaukan kestabilan emosi, dan menyebabkan perasaan tidak nyaman yang sering kali dihubungkan dengan overthinking.

Hubungan Gula dengan Kecemasan dan Overthinking

Penelitian telah menemukan bahwa konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan risiko kecemasan dan overthinking. Gula memicu lonjakan kadar glukosa yang cepat, diikuti oleh penurunan yang drastis. Penurunan ini membuat otak kehilangan energi, sehingga memicu pikiran berlebihan, kekhawatiran, dan perasaan cemas. Kondisi ini sering kali membuat otak sulit berkonsentrasi atau berpikir jernih, yang memperparah kecenderungan overthinking.

Efek Gula pada Tidur dan Keseimbangan Hormon

Selain itu, gula juga berpengaruh pada kualitas tidur. Lonjakan energi yang dihasilkan gula dapat mengganggu siklus tidur, terutama ketika gula dikonsumsi dalam jumlah besar di malam hari. Kurang tidur memperburuk kecenderungan overthinking karena otak tidak cukup beristirahat dan mengelola emosi.

Gula juga dapat memicu produksi kortisol, yakni hormon stres yang menjadi penyebab ketegangan mental. Kortisol yang berlebihan dapat dengan mudah meningkatkan stres kronis, membuat seseorang lebih mudah cemas, tegang, serta tenggelam dalam pikiran-pikiran negatif.

Penelitian dan Fakta Lain

Berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara konsumsi gula tinggi dengan gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Sebuah studi yang dipublikasikan di The Journal of Affective Disorders menemukan bahwa konsumsi gula berlebihan meningkatkan risiko depresi, akibat peradangan dan ketidakseimbangan kimia di otak yang dipicu oleh gula.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa gula berdampak negatif pada sistem limbik otak, yakni bagian yang berperan dalam pengaturan emosi. Ketika sistem limbik terganggu, kestabilan emosi menjadi sulit dipertahankan, yang memicu perasaan cemas dan overthinking.

Alternatif yang Lebih Baik

Untuk mengurangi dampak negatif gula pada kesehatan mental, ada beberapa pilihan yang lebih sehat. Mengonsumsi karbohidrat kompleks (seperti gandum dan oat), lemak sehat (seperti alpukat dan kacang-kacangan), dan serat alami dari buah-buahan akan sangat membantu menjaga kestabilan kadar gula darah tanpa memicu lonjakan drastis. Alternatif ini juga bisa membantu menjaga mood dan fokus tanpa meningkatkan risiko overthinking.

Dengan demikian, meski gula sering kali dianggap sebagai cara menghibur diri secata cepat dan mudah, pada kenyataannya gula justru berdampak negatif pada kesehatan mental. Konsumsi gula yang berlebihan akan memicu kecemasan, overthinking, dan memperburuk suasana hati.

Mengurangi gula dan memilih pola makan yang lebih seimbang dapat membantu menjaga kesehatan mental, mencegah overthinking, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.