People Pleaser vs Assertive, Mana Lebih Baik?

Menghadapi dunia kerja yang kesehariannya harus bertemu banyak orang memunculkan sikap people pleaser juga assertive. Manakah yang lebih baik?

People Pleaser vs Assertive, Mana Lebih Baik?
Photo from Pexels

Di dunia kerja, berinteraksi dengan rekan kerja, atasan, juga klien sangat menentukan kesuksesan karier. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang mengutamakan nilai-nilai sosial seperti gotong royong, menghormati atasan, dan menjaga kerukunan, muncul dua jenis perilaku komunikasi yang sering terjadi, antara people pleaser dan assertive.

Siapa Itu People Pleaser?

People pleaser ialah individu yang lebih mementingkan kebutuhan dan keinginan orang lain, bahkan dengan mengorbankan diri sendiri. Mereka sulit menolak permintaan, menghindari konflik, juga berusaha membuat semua orang senang.

Dalam dunia kerja di Indonesia, kepatuhan terhadap atasan dianggap sebagai nilai penting, sikap ini sering muncul sebagai upaya mempertahankan citra positif di mata rekan kerja dan pimpinan.

Sebagai permisalan, seorang karyawan yang enggan menolak tugas tambahan dari atasan meski sudah mempunyai banyak pekerjaan, karena takut dianggap tidak kooperatif. Mereka juga mungkin menerima kritik tanpa membela diri untuk menghindari konflik yang bisa mengancam posisi mereka.

Dampak Positif People Pleaser:

- Dianggap ramah, kooperatif, serta mudah diajak kerja sama.

- Mempunyai hubungan sosial yang baik di tempat kerja.

Dampak Negatif People Pleaser:

- Rentan terhadap stres, kelelahan fisik dan emosional.

- Mudah dimanfaatkan dan kurang dihargai.

- Sulit berkembang sebab selalu mengutamakan kepentingan orang lain.

Apa Itu Assertive?

Sikap assertive ialah mampu menyampaikan pendapat, kebutuhan, dan keinginan secara tegas tetapi tetap menghormati orang lain. Berbeda dengan people pleaser, orang yang asertif tidak takut mengatakan “tidak” dengan sopan dan menetapkan batasan yang jelas tanpa merasa bersalah.

Dalam konteks budaya kerja Indonesia yang sering kali mengutamakan keharmonisan dan hierarki, menjadi asertif bisa menjadi tantangan tersendiri. Namun, dengan cara komunikasi yang tepat, sikap ini akan jauh dihargai sebab mencerminkan kejujuran dan keterbukaan.

Sebagai contoh, seorang karyawan menolak tugas tambahan karena sudah mempunyai pekerjaan lain, tetapi menawarkan solusi alternatif atau menetapkan batas waktu tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Mereka juga mampu menyampaikan kritik kepada atasan atau rekan kerja dengan bahasa yang sopan dan konstruktif.

Dampak Positif Assertive:

- Dihormati karena kejujuran dan keterbukaan.

- Dapat menyeimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

- Cenderung dihargai dalam negosiasi gaji atau promosi.

Dampak Negatif Assertive:

- Bisa dianggap sombong, keras kepala, bahkan kurang sopan dalam budaya yang menjunjung tinggi kesopanan dan harmoni sosial.

- Berisiko mengalami konflik dengan rekan kerja yang tidak terbiasa dengan sikap tegas.

Budaya Kerja di Indonesia, Antara Kolektivitas dan Kemandirian

Budaya kerja di Indonesia cenderung kolektif sering kali lebih menerima people pleaser dibandingkan orang yang terlalu asertif. Hal ini disebabkan nilai-nilai tradisional seperti menjaga kesopanan, menghormati atasan, dan menghindari konflik demi harmoni. Akibatnya, banyak karyawan merasa terjebak dalam sikap people pleaser sebab takut dianggap tidak sopan atau tidak loyal.

Sikap asertif juga bisa dianggap tak sesuai jika tidak disampaikan dengan bijaksana. Orang yang terlalu tegas dalam menyampaikan pendapat mungkin dilihat sebagai individu yang tidak menghargai hierarki atau melawan atasan.

Tips Menyeimbangkan People Pleaser dan Assertive di Dunia Kerja

1. Kenali Batasan Diri: Pahami kapan harus berkata “iya” dan kapan harus menolak permintaan yang berlebihan.

2. Berbicara dengan Sopan: Gunakan bahasa yang jelas tetapi tetap menghormati lawan bicara. Misalnya, gunakan kalimat seperti “Saat ini saya sedang menyelesaikan tugas lain. Bisakah saya membantu setelah pekerjaan ini selesai?”

3. Berani Mengatakan “Tidak” dengan Alasan Jelas. Tolak permintaan dengan memberikan alasan yang masuk akal dan tawarkan solusi alternatif jika memungkinkan.

4. Latih Kemampuan Negosiasi: Pelajari cara menyampaikan pendapat dengan sikap percaya diri namun tetap menunjukkan rasa hormat.

5. Hindari Merasa Bersalah: Ingat bahwa menetapkan batasan bukan berarti egois, tetapi merupakan langkah penting untuk menjaga produktivitas dan kesejahteraan pribadi.

Dengan demikian, antara people pleaser maupun assertive mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sikap people pleaser akan menciptakan hubungan kerja yang harmonis, tetapi rentan terhadap eksploitasi dan kelelahan emosional.

Sedangkan sikap assertive memungkinkan seseorang mempertahankan haknya dan menetapkan batasan yang sehat, tetapi harus disampaikan dengan cara yang sesuai dengan norma budaya agar tidak dianggap kasar atau tidak sopan.