Mata Minus, Plus, dan Silinder, Mana Lebih Parah?

Gangguan mata seperti minus, plus, serta silinder kerap mengganggu aktivitas sehari-hari. Namun, dari ketiganya, manakah yang lebih parah dan berbahaya?

Mata Minus, Plus, dan Silinder, Mana Lebih Parah?
Photo from Pixabay

Gangguan refraksi yang terjadi pada mata seperti rabun jauh (mata minus), rabun dekat (mata plus), serta astigmatisme (silinder) sering kali menjadi penyebab utama gangguan penglihatan. Meskipun masing-masing mempunyai dampak yang berbeda, banyak orang bertanya-tanya mana yang paling parah di antara ketiganya. Untuk mengetahui lebih dalam, mari simak karakteristik, penyebab, dan dampak dari setiap gangguan.

Mata Minus (Miopia)

Mata minus atau miopia merupakan kondisi saat seseorang mengalami kesulitan melihat benda yang jauh, sementara objek dekat terlihat jelas. Kondisi ini disebabkan oleh bola mata yang terlalu panjang atau kornea yang terlalu melengkung, sehingga bayangan objek jatuh di depan retina. Gangguan ini cukup umum di kalangan anak-anak dan remaja dan bisa semakin parah seiring waktu jika tidak ditangani.

Dampak dari mata minus dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama bagi mereka yang sering berada di luar ruangan atau berkendara. Pada tingkat minus tinggi (di atas -6 dioptri), risiko mengalami komplikasi serius seperti ablasi retina, glaukoma, dan katarak juga meningkat. Oleh sebab itu, kondisi ini bisa dianggap cukup serius apabila tidak dikelola dengan baik.

Mata Plus (Hipermetropi)

Mata plus alias hipermetropi ialah kebalikan dari miopia, yaitu saat seseorang lebih sulit melihat benda yang dekat daripada yang jauh. Gangguan ini terjadi karena bola mata yang terlalu pendek atau kornea yang terlalu datar, sehingga bayangan jatuh di belakang retina. Pada anak-anak, hipermetropi sering kali bisa berkurang seiring dengan pertumbuhan mata, tetapi pada orang dewasa, kondisi ini biasanya stabil atau semakin parah.

Meskipun hipermetropi mungkin tidak secara langsung terasa mengganggu seperti miopia, dalam kasus yang parah, seseorang bisa mengalami ketidaknyamanan seperti mata lelah, sakit kepala, dan penglihatan kabur saat melakukan aktivitas jarak dekat. Pada usia lanjut, hipermetropi yang tidak terkoreksi dengan baik bisa mempercepat timbulnya presbiopi, yaitu kondisi penglihatan kabur akibat penuaan.

Mata Silinder (Astigmatisme)

Astigmatisme atau dikenal dengan istilah silinder terjadi ketika kornea atau lensa mata memiliki bentuk yang tidak simetris, sehingga menyebabkan cahaya yang masuk tidak terfokus sempurna pada retina. Akibat dari hal tersebut, penglihatan akan tampak kabur atau berbayang, baik untuk objek dekat maupun jauh. Silinder bisa terjadi bersamaan dengan miopia atau hipermetropi, dan tingkat keparahannya sangat bervariasi.

Astigmatisme dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada penglihatan, seperti mata lelah, sakit kepala, dan kesulitan fokus. Dalam beberapa kasus, jika dibiarkan tanpa koreksi, astigmatisme dapat membuat aktivitas sehari-hari, terutama yang membutuhkan ketajaman penglihatan, menjadi sulit. Meski tidak menimbulkan komplikasi serius seperti miopia tinggi, silinder yang tinggi bisa sangat mengganggu kualitas hidup.

Jadi, Mana yang Lebih Parah?

Untuk menentukan mana yang lebih parah antara ketiganya sebenarnya tergantung pada tingkat keparahan dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari. Secara umum:

1. Miopia Tinggi: Miopia dengan dioptri tinggi berisiko komplikasi serius seperti ablasi retina yang akan menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani.

2. Hipermetropi Sedang-Tinggi: Hipermetropi tinggi pada usia muda dapat menyebabkan ketidaknyamanan signifikan pada penglihatan jarak dekat.

3. Astigmatisme Tinggi: Meski tidak meningkatkan risiko komplikasi serius, astigmatisme tinggi bisa sangat mengganggu, terutama jika tidak dikoreksi.

Dengan demikian, penjelasan perbedaan kondisi anata mata minus, plus, serta silinder. Pada dasarnya, ketiga gangguan mata tersebut sama-sama berbahaya, tergantung pada tingkat berapa minus, plus, atau silinder terjadi.

Namun, kondisi ini bisa dikelola dengan lensa korektif, kacamata, lensa kontak, atau prosedur bedah seperti LASIK. Penting bagi mereka yang memiliki masalah penglihatan untuk melakukan pemeriksaan rutin agar kondisi mereka bisa dikendalikan dan komplikasi bisa dihindari.