Mata Cylinder Dapat Menular, MItos atau Fakta?
Banyak masyarakat awam yang mengatakan bahwa mata silinder dapat menuluar, terutama jika seseornag meminjam kacamata penderita silinder. Namun, benarkah demikian?
Gangguan penglihatan termasuk mata silinder sering menjadi topik pembicaraan yang penuh dengan asumsi dan mitos. Salah satu mitos yang cukup ramai di khalayak ramai adalah anggapan bahwa mata silinder dapat menular dari satu orang ke orang lain.
Pernyataan ini tentu menimbulkan kebingungan, terutama di kalangan masyarakat yang belum sepenuhnya memahami apa itu mata silinder. Untuk itu, mari kita bahas fakta dan mitos seputar mata silinder serta apakah kondisi ini benar-benar bisa menular.
Apa Itu Mata Silinder?
Mata silinder, atau dalam istilah medis disebut astigmatisme, ialah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kelainan bentuk kornea atau lensa mata. Pada kondisi normal, kornea berbentuk bulat sempurna seperti bola. Namun, pada penderita silinder, kornea atau lensa mata berbentuk lebih lonjong atau tidak rata. Hal ini menyebabkan cahaya yang masuk ke mata tidak terfokus pada satu titik retina, sehingga penglihatan menjadi kabur atau berbayang.
Astigmatisme dapat terjadi karena faktor genetik (turunan) atau akibat cedera mata, infeksi, atau operasi mata tertentu. Kondisi ini juga sering terjadi bersamaan dengan rabun jauh (miopi) atau rabun dekat (hipermetropi).
Fakta: Mata Silinder Tidak Menular
Secara medis, mata silinder tidak dapat menular. Gangguan ini disebabkan oleh faktor internal, seperti bentuk kornea atau lensa mata yang tak sempurna, bukan oleh virus, bakteri, atau agen infeksi lainnya yang dapat ditularkan dari satu individu ke individu lain.
Anggapan bahwa mata silinder bisa menular mungkin muncul dari kesalahpahaman atau pengalaman seseorang dalam lingkungan yang sama. Misalnya, jika dalam satu keluarga ada beberapa anggota yang mempunyai mata silinder, kondisi ini sering dianggap menular, padahal sebenarnya lebih mungkin disebabkan oleh faktor genetik yang diwariskan dalam keluarga tersebut.
Mitos Lain Seputar Mata Silinder
Selain anggapan bahwa mata silinder menular, ada beberapa mitos lain yang harus diluruskan, antara lain:
1. Mata silinder hanya terjadi pada orang yang sering menatap layar gadget.
Meski kebiasaan menatap layar dalam waktu lama memang dapat menyebabkan ketegangan mata (eye strain), hal ini tidak secara langsung menyebabkan mata silinder. Mata silinder lebih berkaitan dengan bentuk anatomi kornea atau lensa yang tidak rata.
2. Silinder bisa sembuh dengan sendirinya
Mata silinder tak akan sembuh tanpa penanganan. Pengobatan seperti penggunaan kacamata, lensa kontak, atau operasi refraktif dapat membantu memperbaiki penglihatan, tetapi bentuk kornea tidak akan kembali normal dengan sendirinya.
3. Mata silinder hanya menyerang orang dewasa
Faktanya, mata silinder bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak. Pemeriksaan mata secara rutin penting untuk mendeteksi gangguan ini sejak dini.
Pentingnya Edukasi dan Penanganan yang Tepat
Mitos bahwa mata silinder bisa menular harus diluruskan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman yang berkepanjangan. Jika mempunyai mata silinder, langkah terbaik adalah berkonsultasi dengan dokter mata untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai.
Penanganan mata silinder umumnya meliputi penggunaan kacamata atau lensa kontak dengan resep khusus untuk mengoreksi kelainan refraksi. Dalam kasus tertentu, operasi seperti LASIK bisa menjadi solusi untuk memperbaiki bentuk kornea dan menghilangkan kelainan ini.
Dengan demikian, mata silinder merupakan kondisi medis yang bukan disebabkan oleh infeksi atau faktor eksternal, sehingga tidak mungkin menular dari satu orang ke orang lain. Penyebab utama kondisi ini adalah faktor genetik atau bentuk kornea yang tidak sempurna.
Pemahaman yang tepat dapat menghindari kesalahpahaman dan mengambil langkah yang benar untuk menjaga kesehatan mata. Jika merasa mempunyai gejala mata silinder, segera periksakan diri ke dokter mata untuk mendapatkan penanganan yang tepat.