Derita Pemilik Darah Manis, Banyak Bekas Gigitan Serangga!

Istilah darah manis pasti sudah tak asing lagi terdengar di telinga di tengah masyarakat ramai. Namun, apa itu darah manis? Apa saja yang menyebabkannya?

Derita Pemilik Darah Manis, Banyak Bekas Gigitan Serangga!
Photo by Pixel

Istilah darah manis sering kali kita dengar dalam budaya masyarakat Indonesia, terlebih lagi ketika seseorang sering didapati digigit oleh nyamuk liar ataupun serangga lainnya yang menyebabkan bekas di kulit. Namun, apakah darah manis memang benar-benar ada? Atau istilah darah manis ini hanya mitos belaka? Berikut ialah fakta-fakta menarik yang bisa menjelaskan fenomena ini. 

1. Apa Itu Darah Manis?

Darah manis merupakan istilah yang sering kali digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tak jarang menjadi sasaran empuk gigitan serangga seperti nyamuk. Orang-orang ini dikatakan mempunyai darah dengan rasa yang manis, sehingga lebih menarik bagi nyamuk untuk menghisap darahnya. Namun, secara ilmiah, istilah ini tak merujuk pada rasa darah, melainkan pada faktor lain yang memengaruhi ketertarikan nyamuk. 

2. Faktor Kimia dalam Tubuh 

Peneliti menunjukkan bahwa nyamuk rupanya tertarik pada senyawa kimia tertentu yang dihasilkan tubuh manusia. Zat seperti asam laktat, amonia, serta karbon dioksida ialah daya tarik utama bagi nyamuk. Orang yang lebih banyak mengeluarkan zat-zat ini melalui keringat atau napas cenderung lebih sering digigit. Jadi, darah manis sebenarnya lebih sering dikaitkan dengan komposisi kimia tubuh daripada rasa darah. 

3. Golongan Darah Berpengaruh?

Fakta menarik lainnya adalah pengaruh golongan darah terhadap daya tarik nyamuk. Penelitian dari Journal of Medical Entomology memberi petunjuk bahwa orang dengan golongan darah O cenderung lebih sering digigit nyamuk dibandingkan dengan golongan darah A atau B. Hal ini disebabkan karena golongan darah O menghasilkan sinyal kimia tertentu yang lebih menarik bagi nyamuk. 

4. Kondisi Tubuh dan Lingkungan 

Nyamuk juga lebih tertarik pada orang yang mempunyai suhu tubuh lebih tinggi, misalnya mereka yang sedang berolahraga, hamil, atau demam. Selain itu, pakaian berwarna gelap atau terang, serta lokasi dengan kelembapan tinggi pun akan memengaruhi kemungkinan seseorang digigit nyamuk. Jadi, darah manis mungkin juga disebabkan oleh kondisi lingkungan dan aktivitas sehari-hari. 

5. Efek Psikologis dan Respons Tubuh

Sebutan darah manis sering kali dikaitkan dengan bekas gigitan nyamuk yang lebih menonjol atau terasa lebih gatal. Hal demikian sebetulnya berhubungan dengan respons imun tubuh. Orang dengan kulit sensitif atau alergi terhadap air liur nyamuk cenderung mengalami reaksi yang lebih parah. Akibatnya, gigitan nyamuk tampak lebih mencolok, memperkuat mitos darah manis. 

6. Pencegahan Gigitan Nyamuk 

Terlepas dari penyebabnya, terdapat beberapa cara untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, antara lain: 

- Menggunakan obat nyamuk atau lotion antiserangga. 

- Memasang kelambu atau alat pengusir nyamuk di kamar. 

- Menggunakan pakaian yang tertutup, terlebih lagi jika sedang berada di area rawan serangga. 

- Mengurangi genangan air di sekitar rumah untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk. 

Dengan demikian, kata darah manis mungkin  akan lebih cocok disebut dengan istilah budaya daripada istilah medis. Walaupun secara ilmiah tidak ada darah yang benar-benar manis (dalam hal rasa), faktor biologis, lingkungan, serta respons tubuh memainkan peran penting dalam menarik perhatian nyamuk.

Jadi, apabila kita atau orang terdekat kita termasuk dalam kaum korban favorit bagi nyamuk, itu bukan karena darah yang memiliki rasa manis, tetapi karena tubuh tengah mengeluarkan sinyal yang sulit ditolak oleh serangga ini! 

Memahami fakta-fakta tentang hal ini, mungkin akan bisa mengambil langkah untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk dan mitos darah manis bisa dijadikan obrolan menarik, bukan kekhawatiran.