Gaslighting, Memamipulasi Tanpa Disadari!
Dalam hidup, kita memang butuh bersosialisasi. Namun, kadang tanpa sadar ada interaksi yang tidak baik yang tanpa kita sadari, bisa memanipulasi pikiran kita.
Gaslighting ialah bentuk dari manipulasi psikologis ketika seseorang membuat orang lain meragukan realitas, perasaan, atau ingatannya sendiri. Istilah ini berasal dari drama Gas Light (1938), cerita tentang seorang suami memanipulasi istrinya agar merasa kehilangan akal sehat. Sayangnya, fenomena ini bukan hanya fiksi, tetapi kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di kalangan remaja dan dewasa muda.
Apa Itu Gaslighting?
Gaslighting terjadi saat seseorang secara terus-menerus meremehkan pengalaman, pandangan, atau perasaan orang lain untuk mengontrol atau mendominasi mereka. Misalnya, saat seorang teman berkata, “Kamu terlalu sensitif,” setelah membuat komentar menyakitkan, atau pasangan berkata, “Itu semua ada di kepalamu,” ketika mengungkapkan rasa tidak nyaman terhadap perilakunya.
Pelaku gaslighting biasanya begitu meyakinkan dan manipulatif. Mereka bisa membuat korbannya merasa bingung, tidak percaya diri, bahkan mempertanyakan kewarasannya sendiri. Efeknya akan merusak kepercayaan diri dan membuat seseorang sulit mengambil keputusan secara mandiri.
Bagaimana Gaslighting Terjadi dalam Kehidupan Remaja-Dewasa?
Gaslighting sering terjadi dalam berbagai konteks hubungan, termasuk pertemanan, percintaan, dan bahkan keluarga. Berikut adalah beberapa contoh situasi sehari-hari:
1. Di Lingkaran Pertemanan
Seorang teman mungkin berkata, “Kamu terlalu lebay, berlebihan,” saat mengungkapkan perasaan tidak nyaman terhadap leluconnya yang menyakitkan. Akibatnya, akan menbuat diri mulai merasa bahwa memang berlebihan atau "drama."
2. Dalam Hubungan Percintaan
Pasangan yang gaslighting bisa jadi mengatakan, “Aku nggak pernah bilang begitu,” atau “Kamu pasti enggak ingat,” ketika mencoba mengonfrontasi kebohongannya. Hal ini pasti membuat bingung dan merasa bersalah atas sesuatu yang sebenarnya bukan kesalahan kita.
3. Di Lingkungan Keluarga
Orang tua atau saudara bisa mengatakan, “Kamu enggak tahu apa-apa,” atau “Itu cuma perasaanmu saja,” untuk meremehkan pengalaman atau pandangan kita. Hal ini sering kali membuat anak yang masih remaja atau dewasa muda merasa tidak berharga atau tidak valid.
Dampak Gaslighting pada Remaja dan Dewasa Muda
Gaslighting dapat memiliki dampak serius pada kesehatan mental, seperti:
- Penurunan Kepercayaan Diri: Korban gaslighting sering merasa bahwa mereka tidak cukup baik atau selalu salah, yang mengikis rasa percaya diri.
- Kebingungan dan Kecemasan: Terus-menerus mempertanyakan realitas atau perasaan sendiri bisa memicu kecemasan yang lebih dalam.
- Kesulitan Membuat Keputusan: Ketika terus-menerus diberitahu tentang kesalahan kita atau kita dianggap tidak tahu apa-apa, akan menjadikan diri merasa ragu mengambil keputusan sendiri.
Cara Menghadapi Gaslighting
1. Sadari Polanya: Perhatikan jika seseorang terus-menerus meremehkan perasaan atau pengalaman kita. Jangan abaikan tanda-tanda ini.
2. Percaya pada Intuisi Diri Sendiri: Jika sesuatu terasa salah, kemungkinan besar ada yang salah. Jangan biarkan orang lain meremehkan perasaan kita.
3. Cari Dukungan: Ceritakan pengalaman kepada teman tepercaya, keluarga, atau konselor. Mendapatkan perspektif dari luar tentu akan membantu kita memahami situasinya.
4. Tetapkan Batasan: Belajar berkata tidak dan menjauh dari orang-orang yang membuat kita merasa tidak berharga merupakan langkah terpenting.
Dengan demikian, gaslighting merupakan bentuk manipulasi yang sering kali sulit dideteksi secara langsung, tetapi dampaknya sangat nyata. Dalam kehidupan remaja dan dewasa muda, hubungan yang sehat ialah tentang saling menghormati dan memahami, bukan meremehkan atau mengendalikan.
Melalui langkah mengenali tanda-tanda gaslighting, maka kita bisa melindungi diri dari hubungan yang beracun dan membangun kehidupan yang lebih sehat dan bahagia. Jangan takut untuk melawan, karena berhak merasa valid, dihargai, dan didengar.